PENINGKATAN PROSES
PEMBELAJARAN MELALUI KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
GURU DI SEKOLAH
Oleh
Drs. Ibrahim Bewa, MA
(Dosen STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe)
Abstrak
Tulisan
ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan dorongan kepada rekan-rekan
penulis yang bertugas sebagai guru di sekolah dalam wilayah Kabupaten Aceh
Utara dan sekitarnya agar mau melakukan Penelitian Tindakan Kelas dalam rangka
peningkatan kualitas pembelajaran di Sekolahnya masing-masing. Tulisan ini
dikemas dalam bentuk opini berdasarkan pengalaman pribadi penulis dan rangkuman
dari berbagai tulisan lain. Uraiannya menyangkut tentang alasan bagi guru
melakukan PTK, Tujuan PTK, Pengertian dan ciri-ciri PTK,. Prinsip,
karakteristik, validitas dan reliabilta PTK serta teknis palaksanaan PTK
bersama Formatnya. Melalui tulisan ini guru diharapkan dapat membuat rancangan
penelitian tindakan kelas dalam usaha
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa mereka.Model PTK semacam ini
juga dapat dipakai sebagai salah satu karya ilmiah guru untuk memenuhi syarat
kenaikan pangkat angka kredit guru yang selama ini mereka mengalami kesulitan
dalam pembuatan karya tulis.
I.
Pendahuluan
Kita
sebagai seorang guru yang sudah banyak berpengalaman mengajar,
tentunya sering merasakan ada siswa kita yang berprestasi baik, namun ada pula
sebagian mereka yang belum berhasil baik. Kita sebagai seorang pendidik atau
tenaga pengajar pasti menginginkan anak didik kita selalu berhasil meraih prestasi
terbaik. Namun, mungkin keinginan kita ini tidak selalu tercapai dengan baik
karena berbagai alasan, misalnya mereka tidak bersemangat, kurang termotivasi,
kurang percaya diri, kurang disiplin, kurangbertanggung jawab dsb. Walaupun
kita sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasinya, tetapi mungkin hasilnya
juga belum memuaskan. Tentunya kita sebagai guru yang baik akan selalu berusaha
untuk mengatasi masalah-masalah yang kita temukan di dalam kelas.
Untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, kita dapat mencoba mengatasinya
lewat suatu kegiatan penelitian tindakan. Penelitian ini sederhana dan berbeda dengan jenis penelitian
yang dilakukan oleh para ilmuwan di Perguruan Tinggi atau lembaga penelitian. Penelitian tindakan sering dilakukan oleh para
praktisi, termasuk kita sebagai guru. Penelitian ini bukan bermaksud untuk
mengembangkan teori, tetapi kita lakukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Penelitian
tindakan merupakan jenis penelitian yang cocok untuk para praktisi termasuk
para guru di sekolah. Tulisan ini akan membicarakan secara rinci tentang penelitian
tindakan kelas (PTK) dan diharapkan dapat digunakan oleh guru di sekolah untuk
meningkatkan mutu pendidikan sekolahnya.
II.
Pengertian
PTK dan Ciri-cirinya
a.
Pengertian
PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bukanlah hal yang baru bagi guru guru di sekolah, kegiatan ini mungkin sudah sering mereka lakukan di sekolah sebagai upaya memecahkan berbagai masalah di dalam proses pembelajaran, memang apa yang mereka lakukan selama ini mungkin belum tersruktur dengan baik. Bagi guru yang mengajar dengan menggunakan RPP, sebenarnya telah mengarah pada kegiatan penelitian tindakan dalam arti mereka telah melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan penilaian, namun mereka belum melakukan refleksi dari hasil observasi untuk perbaikan selanjutnya. Tetapi apa yang sudah sering mereka lakukan telah mengarah ke suatu jenis penelitian tindakan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya.
Suharsimi Arikunto menegaskan (2006:3)
bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Artinya PTK
dapat dipahami sebagai suatu kegiatan untuk mencermati apa saja yang terjadi
pada sangat proses pembelajaran di kelas dengan
menggunakan pendekatan atau metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat bagi guru sebagai peneliti dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Demikian juga John Elliot
(1982) berpendapat bahwa PTK adalah
tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di
dalamnya. Seluruh prosesnya mencakup; telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan pengaruh yang menciptakan hubungan antara evaluasi diri dengan
perkembangan professional. Pendapat lain, Kemmis dan Mc Taggart (1988)
mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan
oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan
praktik sosial. Demikian juga Rustam dan Mundilarto (2004:1) berpendapat bahwa PTK adalah sebuah penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif, dengan tujuan
untuk mem-perbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar murid/siswa
dapat meningkat.
Dari definisi
yang telah disampaikan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) merupakan tindakan intervensi yang dilakukan oleh guru untuk
meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya di kelas. Di dalam
pelaksanaannya seorang guru boleh bekerjasama dengan guru lain yang mengajar
bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai kolaborator. Peneliti ini
perlu disesuaikan dengan kondisi kelas yang dinamis, sekaligus peneliti
dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK selaras dengan situasi
yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada tercapainya
perbaikan. Hal ini menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama sehingga
perbaikan demi perbaikan, betapapun kecilnya, dapat diraih. Penelitian ini juga
memerlukan kerangka kerja agar masalah pembelajaran dapat dipecah. Tindakan
dilakukan secara terencana, hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu
untuk dijadikan landasan dalam melakukan modifikasi.
- Ciri-ciri PTK
Untuk mengenal secara dekat bagaimana bentuk PTK itu,
maka dia dapat dikenali dengan mengetahui ciri-cirinya antara lain sbb:
1) Permasalahan bersifat situasional dan kontekstual
2) Permasalahan kajian biasanya ditemukan dalam proses pembelajaran.
1) Permasalahan bersifat situasional dan kontekstual
2) Permasalahan kajian biasanya ditemukan dalam proses pembelajaran.
3) Permasalahan kajian dapat segera dicarikan pemecahannya,
4) Penelaahan tehadap tindakan
5) Tindakan yang telah dilakukan sebagai alternatif pemecahan dapat ditelaah untuk
4) Penelaahan tehadap tindakan
5) Tindakan yang telah dilakukan sebagai alternatif pemecahan dapat ditelaah untuk
mengetahui apakah tindakan tersebut dapat memecahkan
permasalahan atau belum
dan
apa kelebihan dan kekurangannya.
7) Pengkajian dampak tindakan
8) Tindakan yang telah dilakukan dapat dikaji kembali untuk mengetahui apakah
8) Tindakan yang telah dilakukan dapat dikaji kembali untuk mengetahui apakah
tindakan
tersebut berdampak positif atau negatif
9) Kolaboratif
10) Data data yang dikumpulkan dalam proses pembelajaran harus dapat dipercaya,
9) Kolaboratif
10) Data data yang dikumpulkan dalam proses pembelajaran harus dapat dipercaya,
11) Refleksi
12) Adanya kesimpulan atau dapat diketaui apakah tindakan yang telah dilakukan dapat
12) Adanya kesimpulan atau dapat diketaui apakah tindakan yang telah dilakukan dapat
me-mecahkan permasalahan atau tidak
serta kelebihan dan kekurangannya sehingga
guru dapat mencari solusi lain dalam bentuk perencanaan
tindakan ulang sebagai
alternatif pemecahan
selanjutnya.
Untuk
dapat meraih perubahan yang diinginkan melalui PTK, terdapat beberapa syarat
yang perlu diikuti sebagai mana diungkapkan oleh McNiff, Lomax dan Whitehead (2003):
- Guru dan kolaborator serta siswa harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
- Guru dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga mereka dituntut untuk bertanggung jawab atas peningkatan yang akan dicapai.
- Tindakan yang dilakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik pengetahuan konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan teknis procedural.
- Tindakan tersebut dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan.
- penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya
- Guru mesti mamantau secara sistematik agar dia mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terhadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi.
- Guru perlu membuat deskripsi otentik objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional.
- Guru perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi autentik tersebut di atas, yang mencakup (1) identifikasi makna-makna yang mungkin diperoleh secara teoretik yang relevan ; (2) mempermasalahkan deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya; dan (3) teorisasi, yang dilahirkan dengan memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara tertentu.
- Guru perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk: (1) tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri; (2) percakapan tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut; (3) narasi dan cerita; dan (4) bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik.
- Guru perlu memvalidasi pernyataannya tentang keberhasilan tindakannya lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar (validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.
III.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan PTK adalah
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawab guru dan
melibatkan siswanya dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru berusaha untuk meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas dengan cara mengubah
perilakunya dan perilaku siswanya dalam proses belajar mengajar. Artinya
ada upaya dari guru untuk mengubah kerangka kerja
melaksanakan pembelajaran di kelas. Jadi, PTK bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran
dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung
di ruang kelas. PTK berfungsi sebagai alat
untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran
kelas. Menurut Cohen & Manion, PTK dapat berfungsi antara lain:
a. alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam
situasi pembelajaran di
kelas;
b. alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan
keterampilan dan metode baru;
c. alat untuk memasukkan ke
dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif;
d. alat untuk meningkatkan
komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti;
e. alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif,
impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.
Ada beberapa hal penting yang
perlu disampaikan disini yaitu. (1) hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh
guru sebagai peneliti dan dapat juga dipakai oleh orang lain yang
menginginkannya. (2) penelitiannya
terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan
hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. (3) peneliti tindakan melakukan sendiri
pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.
IV.
Prinsip PTK
Di dalam pelaksanaan PTK, ada
beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai peneliti
anatara lain sbb;
- Tindakan dan pengamatan dalam proses PTK yang dilakukan tidak boleh mengganggu proses pembelajaran. Artinya kegiatan ini disesuaikan dengan jadwal pembelajaran yang telah diatur oleh sekolah.
- Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru.
- Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama,
- Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat.
- Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata dan menarik.
- Peneliti harus memperhatikan etika dan rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum.
- PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan.
- Tidak mengenal kelompok eksperimen dan kontrol
V.
Karakteristik, Validitas dan Reliabiltas Penelitian
Tindakan Kelas
a.
Karakteristik
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki
PTK yang memerlukan perhatian guru sebagai peneliti antara lain sbb;
- PTK merupakan kegiatan memecahkan masalah pembelajaran dengan dukungan ilmiah. Pemecahan masalah dilakukan dengan mengikuti metodologi dan pendekatan tertentu.
- PTK merupakan upaya pengembangan profesi guru. Melalui kegiatan ini guru dapat mengembangkan kemampuannya dalam proses belajar-mengajar. Laporan hasil penelitian ini juga dapat dipakai sebagai salah satu kegiatan penulisan karya ilmiah untuk kenaikan pangkat guru
- PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajamyang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Artinya permasalahan-permasalahan yang dimunculkan dalam bentuk hal-hal yang sederhana dan berhubungan untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
- Adanya kolaborasi antara praktisi (guru dan kepala sekolah) dengan peneliti .
- Tidak untuk digeneralisasikan dan begitu juga tidak perlu populasi dan sampel
b.
Validitas
Validitas dalam
PTK merupakan hal yang tidak boleh diabaikan oleh seorang guru dalam melakukan
penelitiannya. Validitas tersebut terdiri dari beberapa jenis yaitu validitas demokratik,
validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas dialogis.
Semua validitas ini harus dipenuhi dari awal sampai
akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal saat
kesadaran akan kekurangan muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns,
1999).
Validitas
Demokratik berkenaan
dengan kadar kerjasama penelitian dan pencakupan berbagai pendapat. Dalam PTk,
idealnya guru, kolaborator, dan
siswa bersama-sama diberi kesempatan untuk menyampaikan apa yang
dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya selama penelitian berlangsung. Semua
pemangku kepentingan diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya,
gagasan-gagasannya, dan sikapnya terhadap persoalan pembelajaran di kelas yang
fokusnya adalah pencarian solusi untuk peningkatan mutu pembelajaran di kelas.
Validitas Hasil berkenaan dengan keberhasilan di dalam
melaksanakan PTK. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi
masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka
sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Misalnya ketika guru melakukan
refleksi pada akhir tindakan pemberian tugas yang menekankan kegiatan
menggunakan bahasa Inggris dengan menggunakan teknik problem solving ditemukan
bahwa hanya beberapa siswa yang aktif dan sedangkan yang lain merasa takut salah,
cemas, dan malu memberi response. Maka timbul pertanyaan baru, ‘Apa yang mesti
dilakukan untuk mengatasi agar siswa tidak takut salah, tidak cemas, dan tidak
malu sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri dalam kegiatan
pembelajaran?’ Hal ini menggambarkan
bahwa pertanyaan baru timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk
menjawab suatu pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan
secara bertahap, berkesinambungan tidakpernah berhenti, mengikuti kedinamisan
situasi dan masing-masing tahap dan
kesinambungan masalah yang timbul
Validitas Proses berkenaan dengan
‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang
dapat
dipenuhi dengan menjawab pertanyaan ini sebagai suatu contoh yaitu “Apakah guru
mampu secara terus menerus mengkritisi
diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera
berupaya memperbaikinya?” Misalnya bagi
seorang guru bahasa Inggris yang sedang melakukan PTK sebagaimana disebut di atas, dia dapat menentukan indikator kelas bahasa Inggris
yang aktif, dengan cara menghitung berapa siswa yang aktif terlibat belajar
menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi lewat tugas-tugas yang diberikan
guru, dan berapa banyak bahasa Inggris yang diproduksi siswa, yang bisa
dihitung dari jumlah kata/kalimat yang diproduksi dan lama waktu yang digunakan
siswa untuk memproduksinya, serta adanya upaya guru memfasilitasi pemelajaran
siswa. Kemudian jika keaktifan siswa terlalu rendah yang tercermin dalam
sedikitnya ungkapan yang diproduksi, guru secara kritis merefleksi bersama
kolaborator untuk mencari sebab-sebabnya dan menentukan cara-cara mengatasinya.
Validitas
Katalitik berkenaan
dengan kadar pemahaman guru dan siswa dalam melakukan perubahan di dalam kelas.
Misalnya pada kasus guru bahasa Inggris yang dicontohkan di atas, validitas katalitik dapat
dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap factor factor yang dapat
menghambat dan faktor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran. validitas
katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap peran
baru yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran komunikatif. Peran baru
tersebut mencakup peran fasilitator dan peran penolong serta peran pemantau
kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam adanya peningkatan pemahaman
tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang dilaksanakan tetap memotivasi
semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara stabil alami dan berkelanjutan.
Semua upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik ini dilakukan melalui siklus
perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Validitas Dialogik berkenaan dengan nilai atau
kebaikan penelitian dipantau melalui
tinjauan
teman untuk publikasi dalam jurnal akademik.
Guru dapat melakukan dialog dengan temannya untuk mendapatkan
masukan dan pendapat temannyayang dapat bertindak sebagai penilai.Hal ini perlu
dilakukan untuk mengurangi kecenderungan
subjektif. Untuk memperkuat validitas dialogik, teman guru tersebut dapat
memeriksa secara mendetail tentang proses PTK tersebut, bila perlu dapat diijinkan untuk memeriksa semua data mentah
yang terkait dengan yang sedang dikritisi.
c.
Reliabilitas
Diakui
bahwa tingkat reliabilitas hasil PTK itu rendah. Hal ini disebabkan situasi PTK terus berubah dan proses PTK bersifat
transformatif tanpa kendali apapun sehingga sulit untuk mencapai tingkat reliabilitas
yang tinggi. Dengan kata lain tingkat reliabilitias yang tinggi hanya dapat
dicapai dengan mengendalikan hampir seluruh aspek situasi yang dapat berubah
(variabel) dan hal ini tidak mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK.
Mengapa tidak mungkin? Karena akan bertentangan dengan ciri khas penelitian
tindakan itu sendiri sebagaimana telah diutarakan di atas, yang salah satunya
adalah kontekstual/situasional dan terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi
tujuannya
VI.
Pelaksanaan
PTK.
Pelaksanaan PTK hendaknya dimulai dengan sebuah rencana yang mantap, namun perlu diketahui bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana, mengingat dinamikan proses pembelajaran di kelas yang menuntut penyesuaian. Oleh karena itu, guru dalam melaksanakan tindakan perlu bersikap fleksibel dan siap mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada. Semua perubahan/penyesuaian yang terjadi perlu dicatat karena kelak harus dilaporkan. Pelaksanaan PTK dapat dilakukan dengan mengikuti tahapan sebagai berikut:
1. Observasi
Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru berperan sebagai
pengajar dan pengumpul data, baik melalui pengamatan langsung, maupun melalui
telaah dokumen, bahkan juga melalui wawancara dengan siswa setelah pembelajaran
selesai. Guru juga dapat meminta bantuan kolega guru lainnya untuk melakukan
pengamatan selama guru melakukan tindakan perbaikan. Selama proses belajar akan
dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Antara lain, bagaimana kualitas jawaban siswa dan apakah motivasi
siswa menjawab pertanyaan guru meningkat? Apakah hasil belajar siswa meningkat?
Data yang dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis.
Untuk mendapatkan data yang akurat maka guru diperlukan melakukan
hal-hal seperti berikut:
- Menyiapkan dokumen sebagai dasar refleksi berikutnya. Dalam menyiapkan dokumen ini guru harus fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga;
- Melakukan observasi secara cermat karena tindakan di kelas kemungkinan selalu dinamis dan muncul hal hal yang tak terduga. Oleh sebab itu perlu dibuat pembatasan tentang apa saja yang perlu diobservasi.
- Bersifat responsif, terbuka pandangan dan pikirannya di dalam proses observasi terhadap pengaruh tindakan, keadaan dan kendala tindakan, serta persoalan lain yang timbul.
- Refleksi
Berdasarkan
hasil observasi tersebut di atas, guru mencoba mengingat
dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam
observasi. Lewat refleksi ini guru berusaha memahami proses, masalah,
persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik, dengan
mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelejaran
kelas, dan memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas dimana pembelajan
dilaksanakan.Artinya guru melakukan mencoba
menghubung-hubungkan kejadian dalam interaksi kelas, mengapa itu terjadi, dan
bagaimana hasilnya. Hasil refleksi akan membuat guru menyadari tingkat
keberhasilan dan kegagalan yang dicapainya dalam tindakan perbaikan. Hasil
refleksi ini merupakan masukan bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan
tindakan perbaikan berikutnya. Refleksi yang dilakukan pada akhir siklus pertama
bertujuan untuk mengeidentifikasikan kemajuan dan hambatan yang dihadapi. Hasil
refleksi ini kemudian digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus
kedua atau berikutnya.
Tindakan kedua berupa implementasi serangkaian kegiatan
pembelajaran yang telah direvisi untuk mengatasi masalah pada siklus pertama
yang belum tuntas. Selama proses belajar pada siklus kedua ini juga akan
dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Refleksi kedua juga dilakukan oleh guru bersama siswa bertujuan
untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dengan
jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun
kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan
berhasil tidaknya keseluruhan tindakan implementasi pembelajaran di dalam kelas
terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Apabila pada siklus kedua tujuan PTK
sudah dapat tercapai, maka tidak perlu dilanjutkan siklus berikutnya.
Adapun
siklusnya dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut :
Di bawah ini disajikan format pelaporan PTK
yang dapat digunakan sebagai salah satu contoh proposal.
JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
B. Penelitian yang relevan (jika ada)
C. Kerangka Berpikir
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Sumber Data
D. Teknik dan Alat
Pengumpulan Data
E. Validasi Data
F. Analisis Data
G. Indikator Kinerja
H. Prosedur Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
B. Deskripsi Siklus I
C. Deskripsi Siklus II, dst
D. Pembahasan Tiap Siklus
E. Hasil Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRA
VII.
Penutup
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
apabila dilaksanakan dengan baik dan benar akan memiliki potensi yang sangat besar untuk
pengembangan profesi guru dan sekaligus dapat meningkatan kualitas pembelajaran
di kelas. Sesuai dengan karakteristiknya PTK diyakini dapat memecahkan berbagai
persoalan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah
maka laporan hasil penelitian tindakan kelas dapat dijadikan sebagai salah satu kegiatan karya ilmiah yang sangat dibutuhkan oleh guru untuk kenaikan pangkatnya. Bentuk kegiatan penelitian ini juga
sangat sederhana karena dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan pelaksanaannya juga dilakukan di dalam
kelas. Dalam pelaksanaan PTK, guru
terlibat langsung dengan mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah-masalah pembelajaran melalui
tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki
situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur
tingkat keberhasilannya. Dengan demikian disarankan agar guru-guru selalu meningkatkan
pemahamannya tentang pelaksanaan PTK
dalam tugasnya di sekolah sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan mutu
pembelajaran siswanya melalui kegiatan
ini..
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto. (2006) Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Carr,
W & Kemmis, S. (1983) Becoming Critical: Education, Knowledge, and
Action Research. Geelong, Victoria, Australia: Deakin University.
Chein,
I., Cook, S. dan Harding, J. (1982) The Field of Action Research. Dalam
The Action Research Reader. Victoria: Deakin University.
Elliot,
J. (1982) Developing Hypothesis about Classrooms from Teachers
Practical Constructs: an Account of the Work of the Ford Teaching
Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research ). Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Hodgkinson,
H. (1982) Action Research: A Critique. Dalam The Action Research
Reader
Kemmis,
s. & McTaggart, R. (1988) The Action Research Planner. 3rd ed.
Victoria, Australia: Deakin University.
McTaggart,
R. (1991) Action Research: A Short Modern History. Geelong,
Victoria, Australia: Deakin University.
Taba,
H. & Noes, e. (1982) Steps in the Action Research Process. Dalam The
Action Research Reader. Geelong, Victoria, Australia: Deakin University.
Supriyadi, (2005), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research), Jakarta: Universitas Negeri Jakarta
No comments:
Post a Comment