12/11/2015

Penelitian Tindakan Kelas : PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MELALUI KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS GURU DI SEKOLAH

| 12/11/2015


PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MELALUI KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
 GURU DI SEKOLAH
Oleh
Drs. Ibrahim Bewa, MA
(Dosen STAIN Malikussaleh Lhokseumawe)

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan dorongan kepada rekan-rekan penulis yang bertugas sebagai guru di sekolah dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara dan sekitarnya agar mau melakukan Penelitian Tindakan Kelas dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran di Sekolahnya masing-masing. Tulisan ini dikemas dalam bentuk opini berdasarkan pengalaman pribadi penulis dan rangkuman dari berbagai tulisan lain. Uraiannya menyangkut tentang alasan bagi guru melakukan PTK, Tujuan PTK, Pengertian dan ciri-ciri PTK,. Prinsip, karakteristik, validitas dan reliabilta PTK serta teknis palaksanaan PTK bersama Formatnya. Melalui tulisan ini guru diharapkan dapat membuat rancangan penelitian tindakan  kelas dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa mereka.Model PTK semacam ini juga dapat dipakai sebagai salah satu karya ilmiah guru untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat angka kredit guru yang selama ini mereka mengalami kesulitan dalam pembuatan karya tulis.
I.                  Pendahuluan

Kita sebagai seorang  guru  yang sudah banyak berpengalaman mengajar, tentunya sering merasakan ada siswa kita yang berprestasi baik, namun ada pula sebagian mereka yang belum berhasil baik. Kita sebagai seorang pendidik atau tenaga pengajar pasti menginginkan anak didik kita selalu berhasil meraih prestasi terbaik. Namun, mungkin keinginan kita ini tidak selalu tercapai dengan baik karena berbagai alasan, misalnya mereka tidak bersemangat, kurang termotivasi, kurang percaya diri, kurang disiplin, kurangbertanggung jawab dsb. Walaupun kita sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasinya, tetapi mungkin hasilnya juga belum memuaskan. Tentunya kita sebagai guru yang baik akan selalu berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang kita temukan di dalam kelas.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, kita dapat mencoba mengatasinya lewat suatu kegiatan penelitian tindakan. Penelitian ini   sederhana dan berbeda dengan jenis penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Perguruan Tinggi atau lembaga penelitian.  Penelitian tindakan sering dilakukan oleh para praktisi, termasuk kita sebagai guru. Penelitian ini bukan bermaksud untuk mengembangkan teori, tetapi kita lakukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Penelitian tindakan merupakan jenis penelitian yang cocok untuk para praktisi termasuk para guru di sekolah. Tulisan ini akan membicarakan secara rinci tentang penelitian tindakan kelas (PTK) dan diharapkan dapat digunakan oleh guru di sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolahnya.



II.                  Pengertian PTK dan Ciri-cirinya
a.     Pengertian PTK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bukanlah hal yang baru bagi guru guru di sekolah, kegiatan ini mungkin sudah sering mereka lakukan di sekolah sebagai upaya memecahkan berbagai masalah di dalam proses pembelajaran, memang apa yang mereka lakukan selama ini mungkin belum tersruktur dengan baik. Bagi guru yang mengajar dengan menggunakan RPP, sebenarnya telah mengarah pada kegiatan penelitian tindakan dalam arti mereka telah melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi  dan penilaian, namun mereka belum melakukan refleksi dari hasil observasi untuk perbaikan selanjutnya. Tetapi apa yang sudah sering mereka lakukan telah mengarah ke suatu jenis penelitian tindakan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya.

Suharsimi Arikunto menegaskan (2006:3) bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Artinya PTK dapat dipahami sebagai suatu kegiatan untuk mencermati apa saja yang terjadi pada sangat proses pembelajaran di kelas dengan  menggunakan pendekatan atau metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi guru sebagai peneliti dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Demikian juga John Elliot (1982) berpendapat  bahwa PTK adalah tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya mencakup; telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh yang menciptakan hubungan antara evaluasi diri dengan perkembangan professional. Pendapat lain, Kemmis dan Mc Taggart (1988) mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan praktik sosial. Demikian juga Rustam dan Mundilarto (2004:1)  berpendapat bahwa PTK adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif, dengan tujuan untuk mem-perbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar murid/siswa dapat meningkat.

Dari definisi yang telah disampaikan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan tindakan intervensi yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya di kelas. Di dalam pelaksanaannya seorang guru boleh bekerjasama dengan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai kolaborator. Peneliti ini perlu disesuaikan dengan kondisi kelas yang dinamis, sekaligus peneliti dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK selaras dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada tercapainya perbaikan. Hal ini menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama sehingga perbaikan demi perbaikan, betapapun kecilnya, dapat diraih. Penelitian ini juga memerlukan kerangka kerja agar masalah pembelajaran dapat dipecah. Tindakan dilakukan secara terencana, hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu untuk dijadikan landasan dalam melakukan modifikasi.


  1. Ciri-ciri PTK

Untuk mengenal secara dekat bagaimana bentuk PTK itu, maka dia dapat dikenali dengan mengetahui ciri-cirinya antara lain sbb:
1)    Permasalahan bersifat situasional dan kontekstual
2)    Permasalahan kajian biasanya ditemukan dalam proses pembelajaran.
3)    Permasalahan  kajian dapat segera dicarikan pemecahannya,
4)    Penelaahan tehadap tindakan
5)    Tindakan  yang  telah  dilakukan  sebagai  alternatif  pemecahan  dapat ditelaah untuk
        mengetahui  apakah tindakan tersebut dapat memecahkan permasalahan atau belum
       dan apa kelebihan dan kekurangannya.  
7)    Pengkajian dampak tindakan
8)    Tindakan yang telah dilakukan dapat dikaji kembali untuk mengetahui apakah   
       tindakan tersebut berdampak positif atau negatif
9)    Kolaboratif
10)  Data data yang dikumpulkan dalam  proses pembelajaran harus dapat dipercaya,
11)    Refleksi
12)  Adanya kesimpulan atau dapat diketaui apakah tindakan yang telah  dilakukan dapat
            me-mecahkan permasalahan atau tidak serta kelebihan dan kekurangannya sehingga
            guru dapat  mencari solusi lain dalam bentuk perencanaan tindakan ulang sebagai
            alternatif pemecahan selanjutnya. 


Untuk dapat meraih perubahan yang diinginkan melalui PTK, terdapat beberapa syarat yang perlu diikuti sebagai mana diungkapkan oleh  McNiff, Lomax dan Whitehead (2003):
  1.  Guru dan kolaborator serta siswa harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
  2. Guru dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga mereka dituntut untuk bertanggung jawab atas peningkatan yang akan dicapai.
  3. Tindakan yang dilakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik pengetahuan konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan teknis procedural.
  4. Tindakan tersebut dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan.
  5. penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya
  6. Guru mesti mamantau secara sistematik agar dia mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terhadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi.
  7. Guru perlu membuat deskripsi otentik objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional.
  8. Guru perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi autentik tersebut di atas, yang mencakup (1) identifikasi makna-makna yang mungkin diperoleh secara teoretik yang relevan ; (2) mempermasalahkan deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya; dan (3) teorisasi, yang dilahirkan dengan memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara tertentu.
  9. Guru perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk: (1) tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri; (2) percakapan tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut; (3) narasi dan cerita; dan (4) bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik.
  10.  Guru perlu memvalidasi pernyataannya tentang keberhasilan tindakannya lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar (validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.


III.             Tujuan  Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan PTK adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawab guru dan melibatkan siswanya dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru berusaha untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dengan cara  mengubah perilakunya dan perilaku siswanya dalam proses belajar mengajar. Artinya ada upaya dari guru untuk mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran di kelas. Jadi, PTK bertujuan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas. PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Menurut Cohen & Manion, PTK dapat berfungsi antara lain:
a.       alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas;
b.      alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru;
c.        alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif;
d.       alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti;
e.       alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.

Ada beberapa hal penting yang perlu disampaikan disini yaitu. (1)  hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh guru sebagai peneliti dan dapat juga dipakai oleh orang lain yang menginginkannya. (2) penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. (3)  peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.

IV.            Prinsip PTK

Di dalam pelaksanaan PTK, ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai peneliti anatara lain sbb;

  1. Tindakan dan pengamatan dalam proses PTK yang dilakukan tidak boleh mengganggu proses pembelajaran. Artinya kegiatan ini disesuaikan dengan jadwal pembelajaran yang telah diatur oleh sekolah.
  2. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru.
  3. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama,
  4. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat.
  5. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata dan menarik.
  6. Peneliti harus memperhatikan etika dan rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum.
  7. PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan.
  8. Tidak mengenal kelompok eksperimen dan kontrol

V.              Karakteristik, Validitas dan Reliabiltas Penelitian Tindakan Kelas

a.                   Karakteristik

Ada beberapa karakteristik yang dimiliki PTK yang memerlukan perhatian guru sebagai peneliti antara lain sbb;

  1. PTK merupakan kegiatan memecahkan masalah pembelajaran dengan dukungan ilmiah. Pemecahan masalah dilakukan dengan mengikuti metodologi dan pendekatan tertentu.
  2. PTK merupakan upaya pengembangan profesi guru. Melalui kegiatan ini guru dapat mengembangkan kemampuannya dalam proses belajar-mengajar. Laporan hasil penelitian ini juga dapat dipakai sebagai salah satu kegiatan penulisan karya ilmiah untuk kenaikan pangkat guru
  3. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajamyang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Artinya permasalahan-permasalahan yang dimunculkan dalam bentuk hal-hal yang sederhana dan berhubungan untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
  4. Adanya kolaborasi antara praktisi (guru dan kepala sekolah) dengan peneliti .
  5. Tidak untuk digeneralisasikan dan begitu juga  tidak perlu populasi dan sampel

b.                           Validitas

Validitas dalam PTK merupakan hal yang tidak boleh diabaikan oleh seorang guru dalam melakukan penelitiannya. Validitas tersebut terdiri dari beberapa jenis yaitu validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas dialogis. Semua validitas ini harus dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal saat kesadaran akan kekurangan muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns, 1999).

Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kerjasama penelitian dan pencakupan berbagai pendapat. Dalam PTk, idealnya   guru, kolaborator, dan siswa  bersama-sama  diberi kesempatan untuk menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya selama penelitian berlangsung. Semua pemangku kepentingan diberi kesempatan  untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan sikapnya terhadap persoalan pembelajaran di kelas yang fokusnya adalah pencarian solusi untuk peningkatan mutu  pembelajaran di kelas.

Validitas Hasil  berkenaan dengan keberhasilan di dalam melaksanakan PTK. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Misalnya ketika guru melakukan refleksi pada akhir tindakan pemberian tugas yang menekankan kegiatan menggunakan bahasa Inggris dengan menggunakan teknik problem solving ditemukan bahwa hanya beberapa siswa yang aktif dan sedangkan yang lain merasa takut salah, cemas, dan malu memberi response. Maka timbul pertanyaan baru, ‘Apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi agar siswa tidak takut salah, tidak cemas, dan tidak malu sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran?’ Hal ini  menggambarkan bahwa pertanyaan baru timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidakpernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan  masing-masing tahap dan kesinambungan masalah yang timbul

Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang
dapat dipenuhi dengan menjawab pertanyaan ini sebagai suatu contoh yaitu “Apakah guru mampu secara terus menerus  mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya?”  Misalnya bagi seorang guru bahasa Inggris yang sedang melakukan PTK sebagaimana  disebut di atas,  dia dapat menentukan indikator kelas bahasa Inggris yang aktif, dengan cara menghitung berapa siswa yang aktif terlibat belajar menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi lewat tugas-tugas yang diberikan guru, dan berapa banyak bahasa Inggris yang diproduksi siswa, yang bisa dihitung dari jumlah kata/kalimat yang diproduksi dan lama waktu yang digunakan siswa untuk memproduksinya, serta adanya upaya guru memfasilitasi pemelajaran siswa. Kemudian jika keaktifan siswa terlalu rendah yang tercermin dalam sedikitnya ungkapan yang diproduksi, guru secara kritis merefleksi bersama kolaborator untuk mencari sebab-sebabnya dan menentukan cara-cara mengatasinya.

Validitas Katalitik berkenaan dengan kadar pemahaman guru dan siswa dalam melakukan perubahan di dalam kelas. Misalnya pada kasus guru bahasa Inggris yang  dicontohkan di atas, validitas katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap factor factor yang dapat menghambat dan faktor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran. validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator dan peran penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam adanya peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik ini dilakukan melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Validitas Dialogik berkenaan dengan nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui
tinjauan teman untuk publikasi dalam jurnal akademik.  Guru dapat melakukan dialog dengan temannya  untuk  mendapatkan masukan dan pendapat temannyayang dapat bertindak sebagai penilai.Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi  kecenderungan subjektif. Untuk memperkuat validitas dialogik, teman guru tersebut dapat memeriksa secara mendetail tentang proses PTK tersebut, bila perlu dapat  diijinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.

c.                            Reliabilitas

Diakui bahwa tingkat reliabilitas hasil PTK itu rendah. Hal ini disebabkan  situasi PTK  terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali apapun sehingga sulit untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi. Dengan kata lain tingkat reliabilitias yang tinggi hanya dapat dicapai dengan mengendalikan hampir seluruh aspek situasi yang dapat berubah (variabel) dan hal ini tidak mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK. Mengapa tidak mungkin? Karena akan bertentangan dengan ciri khas penelitian tindakan itu sendiri sebagaimana telah diutarakan di atas, yang salah satunya adalah kontekstual/situasional dan terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi tujuannya

VI.           Pelaksanaan PTK.

Pelaksanaan PTK hendaknya dimulai dengan sebuah rencana yang mantap, namun  perlu diketahui bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana, mengingat dinamikan proses pembelajaran di kelas yang menuntut penyesuaian. Oleh karena itu, guru dalam melaksanakan tindakan perlu bersikap fleksibel dan siap mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada. Semua perubahan/penyesuaian yang terjadi perlu dicatat karena kelak harus dilaporkan. Pelaksanaan PTK dapat dilakukan dengan mengikuti tahapan sebagai berikut:

1.     Observasi

Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru berperan sebagai pengajar dan pengumpul data, baik melalui pengamatan langsung, maupun melalui telaah dokumen, bahkan juga melalui wawancara dengan siswa setelah pembelajaran selesai. Guru juga dapat meminta bantuan kolega guru lainnya untuk melakukan pengamatan selama guru melakukan tindakan perbaikan. Selama proses belajar akan dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Antara lain, bagaimana kualitas jawaban siswa dan apakah motivasi siswa menjawab pertanyaan guru meningkat? Apakah hasil belajar siswa meningkat? Data yang dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis.

Untuk mendapatkan data yang akurat maka guru diperlukan melakukan hal-hal seperti berikut:
  1. Menyiapkan dokumen sebagai dasar refleksi berikutnya. Dalam menyiapkan dokumen ini guru harus fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga;
  2. Melakukan observasi secara cermat karena tindakan di kelas kemungkinan selalu dinamis dan muncul hal hal yang tak terduga. Oleh sebab itu perlu dibuat pembatasan tentang apa saja yang perlu diobservasi.
  3.  Bersifat responsif, terbuka pandangan dan pikirannya di dalam proses observasi terhadap pengaruh tindakan,  keadaan dan kendala tindakan, serta  persoalan lain yang timbul.


  1. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut di atas, guru mencoba mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi ini guru berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelejaran kelas, dan memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas dimana pembelajan dilaksanakan.Artinya guru melakukan mencoba menghubung-hubungkan kejadian dalam interaksi kelas, mengapa itu terjadi, dan bagaimana hasilnya. Hasil refleksi akan membuat guru menyadari tingkat keberhasilan dan kegagalan yang dicapainya dalam tindakan perbaikan. Hasil refleksi ini merupakan masukan bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya. Refleksi yang dilakukan pada akhir siklus pertama bertujuan untuk mengeidentifikasikan kemajuan dan hambatan yang dihadapi. Hasil refleksi ini kemudian digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus kedua atau berikutnya.
Tindakan kedua berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi untuk mengatasi masalah pada siklus pertama yang belum tuntas. Selama proses belajar pada siklus kedua ini juga akan dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Refleksi kedua juga dilakukan oleh guru bersama siswa bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan berhasil tidaknya keseluruhan tindakan implementasi pembelajaran di dalam kelas terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Apabila pada siklus kedua tujuan PTK sudah dapat tercapai, maka tidak perlu dilanjutkan siklus berikutnya.
Adapun siklusnya dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut :
 Di bawah ini disajikan format pelaporan PTK yang dapat digunakan sebagai salah satu contoh proposal.
JUDUL
BAB I  PENDAHULUAN
            A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II  LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
B. Penelitian yang relevan (jika ada)
C. Kerangka Berpikir
BAB III  METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Sumber Data
D. Teknik dan Alat   Pengumpulan Data
E. Validasi Data
F. Analisis Data
G. Indikator Kinerja
H. Prosedur Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
BAB IV  HASIL PENELITIAN DAN   PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
B. Deskripsi Siklus I
C. Deskripsi Siklus II, dst
D. Pembahasan Tiap Siklus
E. Hasil Penelitian

BAB V  PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRA

VII.            Penutup

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) apabila dilaksanakan dengan baik dan benar akan  memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan profesi guru dan sekaligus dapat meningkatan kualitas pembelajaran di kelas.  Sesuai dengan karakteristiknya PTK diyakini dapat memecahkan berbagai persoalan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah maka laporan hasil penelitian tindakan kelas dapat dijadikan sebagai salah satu kegiatan karya ilmiah yang sangat dibutuhkan oleh guru untuk kenaikan pangkatnya. Bentuk kegiatan penelitian ini juga sangat sederhana karena dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan pelaksanaannya juga dilakukan di dalam kelas. Dalam pelaksanaan PTK, guru terlibat langsung dengan mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah  pembelajaran melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Dengan demikian disarankan agar guru-guru selalu meningkatkan pemahamannya tentang pelaksanaan PTK  dalam tugasnya di sekolah sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran  siswanya melalui kegiatan ini..  

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Carr, W & Kemmis, S. (1983) Becoming Critical: Education, Knowledge, and
Action Research. Geelong, Victoria, Australia: Deakin University.
Chein, I., Cook, S. dan Harding, J. (1982) The Field of Action Research. Dalam
The Action Research Reader. Victoria: Deakin University.
Elliot, J. (1982) Developing Hypothesis about Classrooms from Teachers
Practical Constructs: an Account of the Work of the Ford Teaching
Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research ). Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Hodgkinson, H. (1982) Action Research: A Critique. Dalam The Action Research
Reader
Kemmis, s. & McTaggart, R. (1988) The Action Research Planner. 3rd ed.
Victoria, Australia: Deakin University.
McTaggart, R. (1991) Action Research: A Short Modern History. Geelong,
Victoria, Australia: Deakin University.
Taba, H. & Noes, e. (1982) Steps in the Action Research Process. Dalam The
Action Research Reader. Geelong, Victoria, Australia: Deakin University.
Supriyadi, (2005), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Jakarta: Universitas Negeri Jakarta






Related Posts

No comments:

12/11/2015

Penelitian Tindakan Kelas : PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MELALUI KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS GURU DI SEKOLAH



PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MELALUI KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
 GURU DI SEKOLAH
Oleh
Drs. Ibrahim Bewa, MA
(Dosen STAIN Malikussaleh Lhokseumawe)

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan dorongan kepada rekan-rekan penulis yang bertugas sebagai guru di sekolah dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara dan sekitarnya agar mau melakukan Penelitian Tindakan Kelas dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran di Sekolahnya masing-masing. Tulisan ini dikemas dalam bentuk opini berdasarkan pengalaman pribadi penulis dan rangkuman dari berbagai tulisan lain. Uraiannya menyangkut tentang alasan bagi guru melakukan PTK, Tujuan PTK, Pengertian dan ciri-ciri PTK,. Prinsip, karakteristik, validitas dan reliabilta PTK serta teknis palaksanaan PTK bersama Formatnya. Melalui tulisan ini guru diharapkan dapat membuat rancangan penelitian tindakan  kelas dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa mereka.Model PTK semacam ini juga dapat dipakai sebagai salah satu karya ilmiah guru untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat angka kredit guru yang selama ini mereka mengalami kesulitan dalam pembuatan karya tulis.
I.                  Pendahuluan

Kita sebagai seorang  guru  yang sudah banyak berpengalaman mengajar, tentunya sering merasakan ada siswa kita yang berprestasi baik, namun ada pula sebagian mereka yang belum berhasil baik. Kita sebagai seorang pendidik atau tenaga pengajar pasti menginginkan anak didik kita selalu berhasil meraih prestasi terbaik. Namun, mungkin keinginan kita ini tidak selalu tercapai dengan baik karena berbagai alasan, misalnya mereka tidak bersemangat, kurang termotivasi, kurang percaya diri, kurang disiplin, kurangbertanggung jawab dsb. Walaupun kita sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasinya, tetapi mungkin hasilnya juga belum memuaskan. Tentunya kita sebagai guru yang baik akan selalu berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang kita temukan di dalam kelas.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, kita dapat mencoba mengatasinya lewat suatu kegiatan penelitian tindakan. Penelitian ini   sederhana dan berbeda dengan jenis penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Perguruan Tinggi atau lembaga penelitian.  Penelitian tindakan sering dilakukan oleh para praktisi, termasuk kita sebagai guru. Penelitian ini bukan bermaksud untuk mengembangkan teori, tetapi kita lakukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Penelitian tindakan merupakan jenis penelitian yang cocok untuk para praktisi termasuk para guru di sekolah. Tulisan ini akan membicarakan secara rinci tentang penelitian tindakan kelas (PTK) dan diharapkan dapat digunakan oleh guru di sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolahnya.



II.                  Pengertian PTK dan Ciri-cirinya
a.     Pengertian PTK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bukanlah hal yang baru bagi guru guru di sekolah, kegiatan ini mungkin sudah sering mereka lakukan di sekolah sebagai upaya memecahkan berbagai masalah di dalam proses pembelajaran, memang apa yang mereka lakukan selama ini mungkin belum tersruktur dengan baik. Bagi guru yang mengajar dengan menggunakan RPP, sebenarnya telah mengarah pada kegiatan penelitian tindakan dalam arti mereka telah melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi  dan penilaian, namun mereka belum melakukan refleksi dari hasil observasi untuk perbaikan selanjutnya. Tetapi apa yang sudah sering mereka lakukan telah mengarah ke suatu jenis penelitian tindakan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya.

Suharsimi Arikunto menegaskan (2006:3) bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Artinya PTK dapat dipahami sebagai suatu kegiatan untuk mencermati apa saja yang terjadi pada sangat proses pembelajaran di kelas dengan  menggunakan pendekatan atau metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi guru sebagai peneliti dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Demikian juga John Elliot (1982) berpendapat  bahwa PTK adalah tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya mencakup; telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh yang menciptakan hubungan antara evaluasi diri dengan perkembangan professional. Pendapat lain, Kemmis dan Mc Taggart (1988) mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan praktik sosial. Demikian juga Rustam dan Mundilarto (2004:1)  berpendapat bahwa PTK adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif, dengan tujuan untuk mem-perbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar murid/siswa dapat meningkat.

Dari definisi yang telah disampaikan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan tindakan intervensi yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya di kelas. Di dalam pelaksanaannya seorang guru boleh bekerjasama dengan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai kolaborator. Peneliti ini perlu disesuaikan dengan kondisi kelas yang dinamis, sekaligus peneliti dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK selaras dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada tercapainya perbaikan. Hal ini menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama sehingga perbaikan demi perbaikan, betapapun kecilnya, dapat diraih. Penelitian ini juga memerlukan kerangka kerja agar masalah pembelajaran dapat dipecah. Tindakan dilakukan secara terencana, hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu untuk dijadikan landasan dalam melakukan modifikasi.


  1. Ciri-ciri PTK

Untuk mengenal secara dekat bagaimana bentuk PTK itu, maka dia dapat dikenali dengan mengetahui ciri-cirinya antara lain sbb:
1)    Permasalahan bersifat situasional dan kontekstual
2)    Permasalahan kajian biasanya ditemukan dalam proses pembelajaran.
3)    Permasalahan  kajian dapat segera dicarikan pemecahannya,
4)    Penelaahan tehadap tindakan
5)    Tindakan  yang  telah  dilakukan  sebagai  alternatif  pemecahan  dapat ditelaah untuk
        mengetahui  apakah tindakan tersebut dapat memecahkan permasalahan atau belum
       dan apa kelebihan dan kekurangannya.  
7)    Pengkajian dampak tindakan
8)    Tindakan yang telah dilakukan dapat dikaji kembali untuk mengetahui apakah   
       tindakan tersebut berdampak positif atau negatif
9)    Kolaboratif
10)  Data data yang dikumpulkan dalam  proses pembelajaran harus dapat dipercaya,
11)    Refleksi
12)  Adanya kesimpulan atau dapat diketaui apakah tindakan yang telah  dilakukan dapat
            me-mecahkan permasalahan atau tidak serta kelebihan dan kekurangannya sehingga
            guru dapat  mencari solusi lain dalam bentuk perencanaan tindakan ulang sebagai
            alternatif pemecahan selanjutnya. 


Untuk dapat meraih perubahan yang diinginkan melalui PTK, terdapat beberapa syarat yang perlu diikuti sebagai mana diungkapkan oleh  McNiff, Lomax dan Whitehead (2003):
  1.  Guru dan kolaborator serta siswa harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
  2. Guru dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga mereka dituntut untuk bertanggung jawab atas peningkatan yang akan dicapai.
  3. Tindakan yang dilakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik pengetahuan konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan teknis procedural.
  4. Tindakan tersebut dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan.
  5. penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya
  6. Guru mesti mamantau secara sistematik agar dia mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terhadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi.
  7. Guru perlu membuat deskripsi otentik objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional.
  8. Guru perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi autentik tersebut di atas, yang mencakup (1) identifikasi makna-makna yang mungkin diperoleh secara teoretik yang relevan ; (2) mempermasalahkan deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya; dan (3) teorisasi, yang dilahirkan dengan memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara tertentu.
  9. Guru perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk: (1) tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri; (2) percakapan tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut; (3) narasi dan cerita; dan (4) bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik.
  10.  Guru perlu memvalidasi pernyataannya tentang keberhasilan tindakannya lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar (validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.


III.             Tujuan  Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan PTK adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawab guru dan melibatkan siswanya dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru berusaha untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dengan cara  mengubah perilakunya dan perilaku siswanya dalam proses belajar mengajar. Artinya ada upaya dari guru untuk mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran di kelas. Jadi, PTK bertujuan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas. PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Menurut Cohen & Manion, PTK dapat berfungsi antara lain:
a.       alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas;
b.      alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru;
c.        alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif;
d.       alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti;
e.       alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.

Ada beberapa hal penting yang perlu disampaikan disini yaitu. (1)  hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh guru sebagai peneliti dan dapat juga dipakai oleh orang lain yang menginginkannya. (2) penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. (3)  peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.

IV.            Prinsip PTK

Di dalam pelaksanaan PTK, ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai peneliti anatara lain sbb;

  1. Tindakan dan pengamatan dalam proses PTK yang dilakukan tidak boleh mengganggu proses pembelajaran. Artinya kegiatan ini disesuaikan dengan jadwal pembelajaran yang telah diatur oleh sekolah.
  2. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru.
  3. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama,
  4. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat.
  5. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata dan menarik.
  6. Peneliti harus memperhatikan etika dan rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum.
  7. PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan.
  8. Tidak mengenal kelompok eksperimen dan kontrol

V.              Karakteristik, Validitas dan Reliabiltas Penelitian Tindakan Kelas

a.                   Karakteristik

Ada beberapa karakteristik yang dimiliki PTK yang memerlukan perhatian guru sebagai peneliti antara lain sbb;

  1. PTK merupakan kegiatan memecahkan masalah pembelajaran dengan dukungan ilmiah. Pemecahan masalah dilakukan dengan mengikuti metodologi dan pendekatan tertentu.
  2. PTK merupakan upaya pengembangan profesi guru. Melalui kegiatan ini guru dapat mengembangkan kemampuannya dalam proses belajar-mengajar. Laporan hasil penelitian ini juga dapat dipakai sebagai salah satu kegiatan penulisan karya ilmiah untuk kenaikan pangkat guru
  3. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajamyang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Artinya permasalahan-permasalahan yang dimunculkan dalam bentuk hal-hal yang sederhana dan berhubungan untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
  4. Adanya kolaborasi antara praktisi (guru dan kepala sekolah) dengan peneliti .
  5. Tidak untuk digeneralisasikan dan begitu juga  tidak perlu populasi dan sampel

b.                           Validitas

Validitas dalam PTK merupakan hal yang tidak boleh diabaikan oleh seorang guru dalam melakukan penelitiannya. Validitas tersebut terdiri dari beberapa jenis yaitu validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas dialogis. Semua validitas ini harus dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal saat kesadaran akan kekurangan muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns, 1999).

Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kerjasama penelitian dan pencakupan berbagai pendapat. Dalam PTk, idealnya   guru, kolaborator, dan siswa  bersama-sama  diberi kesempatan untuk menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya selama penelitian berlangsung. Semua pemangku kepentingan diberi kesempatan  untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan sikapnya terhadap persoalan pembelajaran di kelas yang fokusnya adalah pencarian solusi untuk peningkatan mutu  pembelajaran di kelas.

Validitas Hasil  berkenaan dengan keberhasilan di dalam melaksanakan PTK. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Misalnya ketika guru melakukan refleksi pada akhir tindakan pemberian tugas yang menekankan kegiatan menggunakan bahasa Inggris dengan menggunakan teknik problem solving ditemukan bahwa hanya beberapa siswa yang aktif dan sedangkan yang lain merasa takut salah, cemas, dan malu memberi response. Maka timbul pertanyaan baru, ‘Apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi agar siswa tidak takut salah, tidak cemas, dan tidak malu sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran?’ Hal ini  menggambarkan bahwa pertanyaan baru timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidakpernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan  masing-masing tahap dan kesinambungan masalah yang timbul

Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang
dapat dipenuhi dengan menjawab pertanyaan ini sebagai suatu contoh yaitu “Apakah guru mampu secara terus menerus  mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya?”  Misalnya bagi seorang guru bahasa Inggris yang sedang melakukan PTK sebagaimana  disebut di atas,  dia dapat menentukan indikator kelas bahasa Inggris yang aktif, dengan cara menghitung berapa siswa yang aktif terlibat belajar menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi lewat tugas-tugas yang diberikan guru, dan berapa banyak bahasa Inggris yang diproduksi siswa, yang bisa dihitung dari jumlah kata/kalimat yang diproduksi dan lama waktu yang digunakan siswa untuk memproduksinya, serta adanya upaya guru memfasilitasi pemelajaran siswa. Kemudian jika keaktifan siswa terlalu rendah yang tercermin dalam sedikitnya ungkapan yang diproduksi, guru secara kritis merefleksi bersama kolaborator untuk mencari sebab-sebabnya dan menentukan cara-cara mengatasinya.

Validitas Katalitik berkenaan dengan kadar pemahaman guru dan siswa dalam melakukan perubahan di dalam kelas. Misalnya pada kasus guru bahasa Inggris yang  dicontohkan di atas, validitas katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap factor factor yang dapat menghambat dan faktor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran. validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator dan peran penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam adanya peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik ini dilakukan melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Validitas Dialogik berkenaan dengan nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui
tinjauan teman untuk publikasi dalam jurnal akademik.  Guru dapat melakukan dialog dengan temannya  untuk  mendapatkan masukan dan pendapat temannyayang dapat bertindak sebagai penilai.Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi  kecenderungan subjektif. Untuk memperkuat validitas dialogik, teman guru tersebut dapat memeriksa secara mendetail tentang proses PTK tersebut, bila perlu dapat  diijinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.

c.                            Reliabilitas

Diakui bahwa tingkat reliabilitas hasil PTK itu rendah. Hal ini disebabkan  situasi PTK  terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali apapun sehingga sulit untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi. Dengan kata lain tingkat reliabilitias yang tinggi hanya dapat dicapai dengan mengendalikan hampir seluruh aspek situasi yang dapat berubah (variabel) dan hal ini tidak mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK. Mengapa tidak mungkin? Karena akan bertentangan dengan ciri khas penelitian tindakan itu sendiri sebagaimana telah diutarakan di atas, yang salah satunya adalah kontekstual/situasional dan terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi tujuannya

VI.           Pelaksanaan PTK.

Pelaksanaan PTK hendaknya dimulai dengan sebuah rencana yang mantap, namun  perlu diketahui bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana, mengingat dinamikan proses pembelajaran di kelas yang menuntut penyesuaian. Oleh karena itu, guru dalam melaksanakan tindakan perlu bersikap fleksibel dan siap mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada. Semua perubahan/penyesuaian yang terjadi perlu dicatat karena kelak harus dilaporkan. Pelaksanaan PTK dapat dilakukan dengan mengikuti tahapan sebagai berikut:

1.     Observasi

Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru berperan sebagai pengajar dan pengumpul data, baik melalui pengamatan langsung, maupun melalui telaah dokumen, bahkan juga melalui wawancara dengan siswa setelah pembelajaran selesai. Guru juga dapat meminta bantuan kolega guru lainnya untuk melakukan pengamatan selama guru melakukan tindakan perbaikan. Selama proses belajar akan dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Antara lain, bagaimana kualitas jawaban siswa dan apakah motivasi siswa menjawab pertanyaan guru meningkat? Apakah hasil belajar siswa meningkat? Data yang dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis.

Untuk mendapatkan data yang akurat maka guru diperlukan melakukan hal-hal seperti berikut:
  1. Menyiapkan dokumen sebagai dasar refleksi berikutnya. Dalam menyiapkan dokumen ini guru harus fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga;
  2. Melakukan observasi secara cermat karena tindakan di kelas kemungkinan selalu dinamis dan muncul hal hal yang tak terduga. Oleh sebab itu perlu dibuat pembatasan tentang apa saja yang perlu diobservasi.
  3.  Bersifat responsif, terbuka pandangan dan pikirannya di dalam proses observasi terhadap pengaruh tindakan,  keadaan dan kendala tindakan, serta  persoalan lain yang timbul.


  1. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut di atas, guru mencoba mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi ini guru berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelejaran kelas, dan memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas dimana pembelajan dilaksanakan.Artinya guru melakukan mencoba menghubung-hubungkan kejadian dalam interaksi kelas, mengapa itu terjadi, dan bagaimana hasilnya. Hasil refleksi akan membuat guru menyadari tingkat keberhasilan dan kegagalan yang dicapainya dalam tindakan perbaikan. Hasil refleksi ini merupakan masukan bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya. Refleksi yang dilakukan pada akhir siklus pertama bertujuan untuk mengeidentifikasikan kemajuan dan hambatan yang dihadapi. Hasil refleksi ini kemudian digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus kedua atau berikutnya.
Tindakan kedua berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi untuk mengatasi masalah pada siklus pertama yang belum tuntas. Selama proses belajar pada siklus kedua ini juga akan dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Refleksi kedua juga dilakukan oleh guru bersama siswa bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan berhasil tidaknya keseluruhan tindakan implementasi pembelajaran di dalam kelas terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Apabila pada siklus kedua tujuan PTK sudah dapat tercapai, maka tidak perlu dilanjutkan siklus berikutnya.
Adapun siklusnya dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut :
 Di bawah ini disajikan format pelaporan PTK yang dapat digunakan sebagai salah satu contoh proposal.
JUDUL
BAB I  PENDAHULUAN
            A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II  LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
B. Penelitian yang relevan (jika ada)
C. Kerangka Berpikir
BAB III  METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Sumber Data
D. Teknik dan Alat   Pengumpulan Data
E. Validasi Data
F. Analisis Data
G. Indikator Kinerja
H. Prosedur Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
BAB IV  HASIL PENELITIAN DAN   PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
B. Deskripsi Siklus I
C. Deskripsi Siklus II, dst
D. Pembahasan Tiap Siklus
E. Hasil Penelitian

BAB V  PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRA

VII.            Penutup

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) apabila dilaksanakan dengan baik dan benar akan  memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan profesi guru dan sekaligus dapat meningkatan kualitas pembelajaran di kelas.  Sesuai dengan karakteristiknya PTK diyakini dapat memecahkan berbagai persoalan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah maka laporan hasil penelitian tindakan kelas dapat dijadikan sebagai salah satu kegiatan karya ilmiah yang sangat dibutuhkan oleh guru untuk kenaikan pangkatnya. Bentuk kegiatan penelitian ini juga sangat sederhana karena dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan pelaksanaannya juga dilakukan di dalam kelas. Dalam pelaksanaan PTK, guru terlibat langsung dengan mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah  pembelajaran melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Dengan demikian disarankan agar guru-guru selalu meningkatkan pemahamannya tentang pelaksanaan PTK  dalam tugasnya di sekolah sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran  siswanya melalui kegiatan ini..  

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Carr, W & Kemmis, S. (1983) Becoming Critical: Education, Knowledge, and
Action Research. Geelong, Victoria, Australia: Deakin University.
Chein, I., Cook, S. dan Harding, J. (1982) The Field of Action Research. Dalam
The Action Research Reader. Victoria: Deakin University.
Elliot, J. (1982) Developing Hypothesis about Classrooms from Teachers
Practical Constructs: an Account of the Work of the Ford Teaching
Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research ). Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Hodgkinson, H. (1982) Action Research: A Critique. Dalam The Action Research
Reader
Kemmis, s. & McTaggart, R. (1988) The Action Research Planner. 3rd ed.
Victoria, Australia: Deakin University.
McTaggart, R. (1991) Action Research: A Short Modern History. Geelong,
Victoria, Australia: Deakin University.
Taba, H. & Noes, e. (1982) Steps in the Action Research Process. Dalam The
Action Research Reader. Geelong, Victoria, Australia: Deakin University.
Supriyadi, (2005), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Jakarta: Universitas Negeri Jakarta






No comments: