9/05/2015

Perang Pasifik dan Pengaruhnya Bagi Indonesia

| 9/05/2015
Perang Pasifik dan Pengaruhnya Bagi Indonesia
1. Perang Pasifik
Perang Eropa kemudian berubah menjadi Perang Dunia II, setelah
Jepang membombardir Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Hancurnya
Pearl Harbour, memudahkan Jepang untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu
membentuk Persekmakmuran Asia Timur Raya. Daerah-daerah di Asia
Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia
berhasil diduduki oleh Jepang.
Jepang dengan mudah menguasai
daerah-daerah di Asia Timur dan Asia
Tenggara. Seolah-olah, Jepang tidak
mendapat perlawanan yang berarti dari
negara-negara Barat (Inggris, Perancis,
Belanda, dan Amerika Serikat) untuk
menguasai daerah-daerah Asia Tenggara.
Jepang mulai mengalami kesulitan,
setelah Amerika Serikat menarik sebagian
pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942,
serangan Jepang terhadap Australia dapat
dihentikan karena tentara Jepang menderita
kekalahan dalam pertempuran Laut Koral
(Karang). Serangan Jepang terhadap Hawai
juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika
Serikat dalam pertempuran di Midway pada
bulan Juni 1942. Pada bulan Agustus 1942,
pasukan Amerika Serikat mendarat di
Guadalkanal (Kepulauan Solomon) dan pada bulan Februari 1943, tentara
Jepang telah dipukul mundur dari sana dengan menderita kerugian yang
sangat besar.
Sejak tahun 1943, Jepang harus merubah strategi perangnya dari
ofensif (menyerang) menjadi defensif (bertahan). Pendek kata, kendali
Perang Pasifik mulai dipegang Amerika Serikat. Artinya, Amerika Serikatlah
yang menentukan waktu serangan akan dilakukan. Sedangkan Jepang
sebagai pihak yang mulai terdesak hanya bisa menunggu dan berusaha
untuk mempertahankan wilayah yang telah didudukinya.

Menjelang berakhirnya Perang Pasifik dan Pengaruhnya bagi
Indonesia
Jepang secara perlahan, tapi pasti harus mengakui keunggulan Amerika
Serikat di setiap medan pertempuran. Pada bulan Februari 1944, pasukan
Amerika Serikat berhasil mengusir tentara Jepang dari Kwayalein di Kepulauan
Marshall. Pasukan Sekutu terus bergerak menuju ke Jepang sebagai pusat
kekuatannya. Pada bulan Juni 1944, pasukan pengebom B-29 Amerika Serikat
mulai berhasil melumpuhkan pasukan Jepang di beberapa daerah yang
strategis. Bahkan, Angkatan Laut Jepang berhasil dilumpuhkan oleh pasukan
Sekutu di Laut Filipina. Pada bulan Juli 1944, Jepang harus kehilangan
pangkalan Angkatan Laut di Saipan (kepulauan Mariana).
Ketika pasukan Jepang
kewalahan menghadapi pasukan
sekutu, Jepang kemudian berusaha
mendapatkan dukungan dan
bantuan daerah jajahan untuk
keperluan perang. Oleh karena itu
Jepang kemudian mengadakan
mobilisasi politik dan ekonomi
wilayah jajahan, termasuk wilayah
jajahan Indonesia.
Mobilisasi politik dilakukan
dengan cara membentuk
organisasi militer dan semi militer.
Organisasi militer dan semi militer
itu antara lain Heiho, Pembela
Tanah Air (PETA), Jawa Hokokai,
Gerakan Tiga A dan Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Semua organisasi itu
dibentuk oleh Jepang dengan harapan dapat mendukung Jepang dalam
perangnya melawan pasukan sekutu.
Di samping itu, untuk semakin menarik simpati rakyat Indonesia agar
mendukung Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang memberikan
‘janji kemerdekaan di kemudian hari’. Indonesia pun dijanjikan akan diberikan
kemerdekaan di kemudian hari. Untuk itu Jepang kemudian membentuk
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Dalam bahasa Jepang BPUPKI disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Untuk
melanjutkan tugas-tugas persiapan kemerdekaan Indonesia, BPUPKI
kemudian diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Dalam bahasa Jepang PPKI disdebut dengan Dokuritsu Junbi Inkai. Untuk
semakin meyakinkan rakyat Indonesia, Komando Tentara Jepang wilayah
Selatan menyepakati bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan pada tanggal
7 September 1945. Bahkan, beberapa pemimpin Indonesia (diantaranya
Sukarno) diundang pemerintah Jepang untuk menerima informasi tersebut.
Sedangkan mobilisasi ekonomi dilakukan dengan memaksa penduduk
untuk menyerahkan kekayaannya guna kepentingan perang, demi
kemakmuran bersama. Setiap penduduk diwajibkan menyerahkan
kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat harus menyerahkan barangbarang
berharga (emas dan berlian), hewan, bahan makanan kepada
pemerintah Jepang. Untuk memperlancar usaha-usahanya, Jepang
membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nogyo Kumiai
(Koperasi Pertanian). Mobilisasi politik dan ekonomi yang dilakukan Jepang
cukup berhasil, tetapi tidak cukup untuk menghadapi serangan pasukan
Sekutu.
Pasukan Jepang pun akhirnya mengakui keunggulan pasukan sekutu.
Apalagi setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom oleh Amerika
Serikat. Kota Hiroshima di bom pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9
Agustus 1945.. Sebelum sempat memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14
Agustus 1945. Sementara perang yang terjadi di daratan Eropa sudah lebih
dulu berakhir dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu pada 7 Mei 1945.

Related Posts

No comments:

9/05/2015

Perang Pasifik dan Pengaruhnya Bagi Indonesia

Perang Pasifik dan Pengaruhnya Bagi Indonesia
1. Perang Pasifik
Perang Eropa kemudian berubah menjadi Perang Dunia II, setelah
Jepang membombardir Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Hancurnya
Pearl Harbour, memudahkan Jepang untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu
membentuk Persekmakmuran Asia Timur Raya. Daerah-daerah di Asia
Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia
berhasil diduduki oleh Jepang.
Jepang dengan mudah menguasai
daerah-daerah di Asia Timur dan Asia
Tenggara. Seolah-olah, Jepang tidak
mendapat perlawanan yang berarti dari
negara-negara Barat (Inggris, Perancis,
Belanda, dan Amerika Serikat) untuk
menguasai daerah-daerah Asia Tenggara.
Jepang mulai mengalami kesulitan,
setelah Amerika Serikat menarik sebagian
pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942,
serangan Jepang terhadap Australia dapat
dihentikan karena tentara Jepang menderita
kekalahan dalam pertempuran Laut Koral
(Karang). Serangan Jepang terhadap Hawai
juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika
Serikat dalam pertempuran di Midway pada
bulan Juni 1942. Pada bulan Agustus 1942,
pasukan Amerika Serikat mendarat di
Guadalkanal (Kepulauan Solomon) dan pada bulan Februari 1943, tentara
Jepang telah dipukul mundur dari sana dengan menderita kerugian yang
sangat besar.
Sejak tahun 1943, Jepang harus merubah strategi perangnya dari
ofensif (menyerang) menjadi defensif (bertahan). Pendek kata, kendali
Perang Pasifik mulai dipegang Amerika Serikat. Artinya, Amerika Serikatlah
yang menentukan waktu serangan akan dilakukan. Sedangkan Jepang
sebagai pihak yang mulai terdesak hanya bisa menunggu dan berusaha
untuk mempertahankan wilayah yang telah didudukinya.

Menjelang berakhirnya Perang Pasifik dan Pengaruhnya bagi
Indonesia
Jepang secara perlahan, tapi pasti harus mengakui keunggulan Amerika
Serikat di setiap medan pertempuran. Pada bulan Februari 1944, pasukan
Amerika Serikat berhasil mengusir tentara Jepang dari Kwayalein di Kepulauan
Marshall. Pasukan Sekutu terus bergerak menuju ke Jepang sebagai pusat
kekuatannya. Pada bulan Juni 1944, pasukan pengebom B-29 Amerika Serikat
mulai berhasil melumpuhkan pasukan Jepang di beberapa daerah yang
strategis. Bahkan, Angkatan Laut Jepang berhasil dilumpuhkan oleh pasukan
Sekutu di Laut Filipina. Pada bulan Juli 1944, Jepang harus kehilangan
pangkalan Angkatan Laut di Saipan (kepulauan Mariana).
Ketika pasukan Jepang
kewalahan menghadapi pasukan
sekutu, Jepang kemudian berusaha
mendapatkan dukungan dan
bantuan daerah jajahan untuk
keperluan perang. Oleh karena itu
Jepang kemudian mengadakan
mobilisasi politik dan ekonomi
wilayah jajahan, termasuk wilayah
jajahan Indonesia.
Mobilisasi politik dilakukan
dengan cara membentuk
organisasi militer dan semi militer.
Organisasi militer dan semi militer
itu antara lain Heiho, Pembela
Tanah Air (PETA), Jawa Hokokai,
Gerakan Tiga A dan Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Semua organisasi itu
dibentuk oleh Jepang dengan harapan dapat mendukung Jepang dalam
perangnya melawan pasukan sekutu.
Di samping itu, untuk semakin menarik simpati rakyat Indonesia agar
mendukung Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang memberikan
‘janji kemerdekaan di kemudian hari’. Indonesia pun dijanjikan akan diberikan
kemerdekaan di kemudian hari. Untuk itu Jepang kemudian membentuk
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Dalam bahasa Jepang BPUPKI disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Untuk
melanjutkan tugas-tugas persiapan kemerdekaan Indonesia, BPUPKI
kemudian diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Dalam bahasa Jepang PPKI disdebut dengan Dokuritsu Junbi Inkai. Untuk
semakin meyakinkan rakyat Indonesia, Komando Tentara Jepang wilayah
Selatan menyepakati bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan pada tanggal
7 September 1945. Bahkan, beberapa pemimpin Indonesia (diantaranya
Sukarno) diundang pemerintah Jepang untuk menerima informasi tersebut.
Sedangkan mobilisasi ekonomi dilakukan dengan memaksa penduduk
untuk menyerahkan kekayaannya guna kepentingan perang, demi
kemakmuran bersama. Setiap penduduk diwajibkan menyerahkan
kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat harus menyerahkan barangbarang
berharga (emas dan berlian), hewan, bahan makanan kepada
pemerintah Jepang. Untuk memperlancar usaha-usahanya, Jepang
membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nogyo Kumiai
(Koperasi Pertanian). Mobilisasi politik dan ekonomi yang dilakukan Jepang
cukup berhasil, tetapi tidak cukup untuk menghadapi serangan pasukan
Sekutu.
Pasukan Jepang pun akhirnya mengakui keunggulan pasukan sekutu.
Apalagi setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom oleh Amerika
Serikat. Kota Hiroshima di bom pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9
Agustus 1945.. Sebelum sempat memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14
Agustus 1945. Sementara perang yang terjadi di daratan Eropa sudah lebih
dulu berakhir dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu pada 7 Mei 1945.

No comments: