Lubang udara bawah laut ini, atau dikenal juga sebagai ‘black smoker’, membuat perairan sekitar mereka jadi sangat panas dan kaya mineral, serta memicu keragaman ekosistem di kedalaman perairan tersebut. Para ilmuwan merekam berbagai makhluk, termasuk kepiting yeti, siput kaki bersisik, dan timun laut, yang diantaranya mungkin merupakan spesies baru.
“Tempat ini benar-benar suatu wilayah persimpangan, bagi spesies yang hidup di lubang angin gunung berapi, di seluruh dunia,” kata profesor Jon Copley, ilmuwan dalam proyek tersebut.
“Saya mengharapkan ada beberapa kemiripan dengan apa yang kita ketahui di Samudra Atlantik, dan lubang angin di Samudera Hindia. Dan itu benar, di sini kita juga menemukan jenis hewan yang tidak ditemukan di wilayah lain di sekelilingnya, sehingga merupakan sebuah kejutan besar,” tambahnya.
Dia melanjutkan, salah satu yang ditemukan adalah jenis kepiting yeti. Jon menyatakan saat ini ada dua spesies yang digambarkan sebagai kepiting yeti di Pasifik, dan ini berbeda tapi tetap merupakan jenis hewan yang sama dengan lengan panjang berbulu.
“Juga beberapa timun laut, yang tidak ditemukan di Atlantik atau lubang angin di India tengah, namun ditemukan di Pasifik,” tandas Copley.
No comments:
Post a Comment